Thursday, November 24, 2022

Berbagi Praktik Baik Bersama SRB Kolaka dan SRB Riau

 Kolaka Timur, 30 Oktober 2022


 

Kolaborasi merupakan salah satu cara membangun komunikasi efektif dan bekerja sama dengan orang lain. Dengan berkolaborasi, kita dapat melakukan sesuatu pekerjaan dengan mudah dan mendapat dukungan yang lebih.
Pada kegiatan ini, saya berkolaborasi dengan SRB dari Kabupaten Kolaka Siti Jumaida dan Riau Vina Rosa dan Rahmayani. Kami membagi menjadi empat sesi pada kegiatan kolaborasi ini.
Sebelum memulai kegiatan, kami juga mengundang Duta Rumah Belajar Sulawesi Tenggara tahun 2020 Sovya Nur Kartikauntuk membuka kegiatan berbagi praktik baik ini.


Berbagi Praktik Baik Bersama Guru (KKG Gugus III Kecamatan Lambandia)

Lambadia, 17 Oktober 2022

Kegiatan KKG Gugus III Kecamatan Lambandia menjadi tempat berbagi praktik baik dalam pembelajaran berbasis online dengan memanfaatkan kahoot dan google docs sebagai media pembelajaran. Dalam kegiatan ini guru-guru dilatih untuk belajar memanfaatkan kahoot dalam pembelajaran di kelas.
Kegiatan ini dipandu oleh ketua KKG Gugus III Kecamatan Lambandia, Yasri Nur Bakhtiar, yang berlangsung sekitar 2 jam. Selama proses, guru-guru terlihat sangat antusias meskipun sedikit terkendala dengan jaringan internet.
Selain kahoot dan google docs, guru-guru juga diajarkan untuk memanfaatkan google drive untuk menyimpan file menggunakan akun belajar.id sebagai akun. Setelah memahami keunggulan akun belajar.id, guru juga diajarkan untuk membuat drive bersama sebagai penyimpanan data bersama di lingkup sekolah.


Thursday, August 11, 2022

Cinta di Balik Senyum

ini kisahku, namaku Ar, aku tumbuh di sebuah pedesaan. di sini kami hidup dalam kesederhanaan. aku dan bersama anak-anak desa lain selalu berkumpul bersama dan bermain baik saat bersekolah maupun saat kami pulang. di antara anak-anak teman bermainku, aku mempunyai teman bernama asi. anaknya periang, ramah, sopan, dan selalu bertutur kata yang lembuh. kami tumbuh bersama sejak kecil. hampir tidak ada hari yang kami lalui tanpa bersama. semua biasa-biasa saja, setiap hari diwarnai oleh candanya, gelak tawanya, senyumnya, dan perhatiannya yang selalu dia berikan. entah mengapa perlahan aku merasa aneh, perasaan ini terasa sepi tanpa kehadirannya. aku pikir ini hanya masalah kebiasaan karena setiap hari selalu aku lalui bersamanya. tapi tidak, mataku selalu mencari keberadaannya, senyumannya yang selalu menghiasi kebersamaan kami seakan memberi rasa yang aneh dalam diri hati ini. apa ini? ada apa denganku? lama aku mencari jawaban dari keanehan ini, hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku memiliki perasaan khusus untuknya. aku sadar bahwa perasaan ini akan merusak kebersamaan kami, aku sadar bahwa kami adalah teman sejak kecil dan aku tidak mau perasaan ini menghancurkan kebersamaan kami. aku hanya ingin menyayangi walaupun dari balik senyuman.

waktu berlalu, mengantarkan kami ke akhir masa persekolah. kami pun memiliki cita-cita yang sama, ingin menjadi Arsitek. kami memutuskan untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi yang sama dengan tujuan agar kami dapat saling membantu. selama perkuliahan kami tinggal di rumah kontrakan bersama teman kami, intan, yang baru kami kenal pada saat pendaftaran. kami memutuskan untuk mengontrak rumah dekat dengan kampus agar lebih menghemat biaya. saya merasa senang karena dapat melihatnya setiap hari dan sekaligus menjaganya, meskipun sebagai seorang teman. aneh rasanya karena hati ini tidak dapat membuka ruang untuk menerima seorang pun selain asi. kadang aku bertanya kepada asi kenapa hingga saat ini dia belum memiliki seorang kekasih padahal parasnya dapat menarik hati banyak lelaki. alasannya sederhana karena ingin membahagiakan orang tuanya, dan dia juga memiliki seseorang dambaan hati. siapa dia? entahlah, aku tak ingin tau siapa, hati ini terasa pedih hanya dengan menyadari hal itu.

banyak waktu yang kami lalui bertiga. asi dan intan menjadi jauh lebih akrab. kadang aku sedikit mengganggu mereka berdua karena kerap kali merepotkanku ketika ada tugas-tugas yang berat dari kampus. begitu pun ketika kami hendak menyelesaikan perkuliahan ini. aku harus sedikit bekerja keras karena asi selalu sakit. memang asi selalu sakit sejak kami kecil, tapi di akhir-akhir perkuliahan ini, sakitnya makin sering. ketika kami telah menyelesaikan semester akhir, asi ingin pulang ke kampung karena rindu dengan orang tuanya. aku dan intan tinggal di rumah kontrakan sambil menunggu yudisium, asi berpesan agar memberitahu jika nanti jadwal yudisium sudah ada. aku dan intan pun sering bercerita tentang kampung halaman kami masing-masing atau hal-hal lain yang berhubungan dengan kehidupan kami. dia pun sempat bertanya kenapa aku tidak mempunyai pacar. aku hanya menjawab sedang menunggu seseorang. sekilas intan hanya berkata “mungkin kamu yang kurang peka”. sekilas aku hanya menanggapi dengan senyuman. keesokan harinya kami menerima kabar dari kampung bahwa Asi sakit. tanpa pikir panjang aku pun segera ke kampung untuk menjenguknya. Intan yang mengetahui hal tersebut memutuskan untuk ikut bersamaku. setiba di kampung aku langsung menuju rumahnya, di sana aku tidak bertemu dengan siapapun, hanya seorang tetangga yang mengatakan bahwa semalam asi dibawa ke puskesmas di kampung kami. segera aku menuju puskesmas. seribu pertanyaan berkecamuk dalam benakku, tapi aku hanya mencoba menenangkan diri. Intan yang ikut denganku bertanya “apa asi sering sakit”, “iya” jawabku, tapi tidak pernah sampai masuk puskesmas. Intan diam lalu berkata “sebaiknya kita bergegas”.

sesampainya di puskesmas segera aku mencari ruang tempat asi di rawat. di sana aku melihat keluarganya tanpa ada sedikit pun senyuman, hanya raut sedih. “pak, bagaimana kabar asi?” tanyaku pada bapaknya. “dia menunggumu, nak.” jawabnya lirih. perlahan aku mendekati pembaringan asi. aku duduk di samping pembaringannya lalu bertanya “kok, temanku yang hebat ini tumbang.” dia hanya tersenyum dan memegang tanganku. tangannya dingin, wajahnya pucat, dengan senyuman khas yang dia miliki. di hatiku aku merasa bahagia, ini pertama kali dia memegang tanganku, namun di sisi lain aku sadar bahwa ada yang tidak dengan kondisi ini. dengan nada lirih dia berkata “Ar, kamu pertanya bertanya, kenapa aku tidak mempunyai pacar? dan kamu tidak pernah mendapatkan jawabannya. aku pun ingin bertanya hal yang sama, tapi aku sudah dapat jawabannya. aku tau kamu itu sayang sama aku. ada cinta di balik senyummu. cinta yang tidak ingin kau ungkapkan tetapi selalu kau tunjukkan. dan kenapa aku tidak ingin mempunyai seorang pacar karena …” ucapannya terhenti karena terbatuk. aku mengusap darah yang mengalir dari bibirnya dengan tangan kiriku karena tangannya terus menggenggam tangan kananku dan tanpa aku sadari tanganku menyentuh pipinya yang lembut, pipi seorang bidadari. seketika air mataku jatuh. aku sadar bahwa ini mungkin saat terakhir aku melihatnya tersenyum. “Ar…, aku sayang kamu.” kata dengan senyuman indahnya yang terakhir, dengan mata yang perlahan terpejam. isak tangis mengisi ruang itu, mewarnai kepergiannya. sekarang aku sadar kenapa intan pernah berkata “mungkin kamu yang kurang peka”.


sore harinya, lama ku duduk terdiam di pusaranya hingga menyisakan aku dan intan. intan yang berada di belakangku memegang pundakku dan memberi sepucuk surat  sambil berkata “Asi menitipkan surat ini untukmu, dia juga meninggalkan buku yang mencerikan banyak hal tentangmu. dia selalu bercerita tentang kamu dan penyakitnya.” segera aku membaca suratnya, “Ar…, di matamu ada sejuta cahaya, dan bersamamu aku selalu merasa tenang, maaf jika selama ini aku selalu merepotkanmu, aku hanya ingin selalu bersamamu, karena kebahagianku adalah bersamamu. aku tau kalau sebenarnya kamu itu sayang sama aku, dan aku tahu kalau selama ini kamu selalu menyembunyikan perasaanmu dan cintamu selalu berada di balik senyumanmu. cinta ini tumbuh bersama dengan cintamu. aku hanya ingin merasakan cinta tanpa rasa sakit, aku tidak ingin cintaku menghadirkan rasa benci, aku hanya ingin merasakan cintamu dan kasih sayangmu dalam balutan persahabatanmu. aku selalu menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaan ini, dan aku tidak tau apa waktu yang tepat itu akan datang, dan aku tidak tau apa aku akan pernah mendengar kalimat “aku sayang kamu” terucap dari bibirmu. aku selalu berharap engkau mau mengungkapkan perasaanmu. inilah kita, kisahmu, kisahku adalah satu, cinta di balik senyuman”